Fakta
#1 :
Tiap
anak terlahir dengan naluri musik
Sebenarnya,
anak sudah mengenal musik sejak di dalam kandungan. “Dedak jantung ibu saja seprti
alunan musik perkusi di telinga janin, “ kata Chepy Soemirat,
Seminator Musik Ensemble dari Yamaha Musik Indonesia, Jakarta, yang biasa
melatih musik para guru sekolah dasar di pelosok Nusantara. Ya, di sekitar
bulan ke-4 kehamilan, janin sudah mampu mendengar 'musik' didalam tubuh ibunya.
Menginjak bulan ke-7, organ pendengaran si kecil kian berkembang dan ia mulai
mengenali berbagai suara, termasuk yang di dengarnya dari luar.
Fakta
#2 :
Mama,
guru musik pertama si kecil
Meski
darah musik mungkin tidak mengalir dalam diri anda, anda tetap menjadi 'guru
musik' pertamanya. Senandung lembut saat membuai si kecil, atau lagu riang yang
anda nyanyikan saat bermain dengannya, semua ini berperan besar dalam mengasah
naluri musik anak. Jadi, Anda bisa memperkenalkan musik sedini mungkin, tanpa
harus menunggu sampai anak cukup besar untuk mengikuti pendidikan musik.
“Sebagai role model, orang tua memegang peranan utama. Jika
Anda cinta musik, anak akan lebih sering memperoleh stimulasi dari
lingkungannya,” jelas Rustika Thamrin, Psi., CPHR, CBA,
psikolog anak dan keluarga dari Brajawijaya Women and
Children Hospital, Jakarta.
Fakta
#3 :
Musik
menyehatkan !
Para
periset menemukan musik atau bahkan senandung mama bisa membantu bayi prematur
menambah berat badan dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Tak heran, unit
perawatan neonatal intensif (NICU) di beberapa rumah sakit rajin memutarkan
musik bagi bayi prematur. Hal serupa juga terbukti dari sebuah studi di Jerman
yang dilakukan terhadap 100 bayi yatim piatu dengan kondisi kesehatan buruk.
Mereka diasuh oleh para pengasuh dengan sentuhan, stimulasi musik melimpah,
serta intonasi suara yang naik turun. Hasilnya? Kesehatan mereka membaik hingga
100%. Sementara pada orang dewasa, musik pun dikenal bisa menurunkan tekanan
darah dan membuat degup jantung lebih teratur.
Fakta
#4 :
Musik
baik untuk otak
Baik
dalam kandungan, semasa bayi maupun kanak-kanak, musik membantu sel-sel syaraf
otak membentuk berbagai koneksi yang bisa membantu kita memahami bahasa. Mark
Tramo M.D., medicalneurobiologist dari Harvard
Universit, Amerika,
menjelaskan, “Dalam otak manusia, jutaan sel syaraf membentuk sirkuit atau
jaringan, yang menjadi aktif saat kita mendengarkan musik. Sirkuit-sirkuit ini
berhubungan dengan daya ingat, perhatian, emosi, kontrol motorik, dan kemampuan
berbahasa.”
Musik
juga menyeimbangkan kedua belahan otak : belahan kiri (memungkinkan kita untuk
berjalan dan berbicara) dan belahan kanan (memungkinkan kita melakukan hal-hal
kreatif). Bermusik mengaktifkan kedua belahan ini, dan belum ada aktivitas lain
yang memberi efek serupa!
Fakta
#5 :
Anak
lebih peka berkat musik
Selain
menyehatkan dan 'mengasah' otak, musik juga bisa berguna untuk menunjangsi
kecil dalam mengenali emosi. Sebuah studi di Ohio, Amerika, menemukan anak-anak
dari berbagai usia bahkan yang tidak berlatar belakang musik, mampu mengenali
'emosi'yang terkandung dalam musik. Tak hanya itu, musik bisa sangat bermanfaat
bagi kehidupan sosial anak kelak. Melalui musik, anak diajak mengikuti ritme.
Hal ini akan menstimulasi otak kiri, yang banyak terkait dengan kemampuan
mengikuti aturan. Dan saat anak bermain dan bergerak sesuai iringan musik,
kepekaannya terhadap 'aturan tak tertulis' bisa lebih terasah, tentu saja ini
akan banyak manfaatnya saat ia terjun ke tengah masyarakat kelak.
Fakta
#6 :
Pendidikan
musik bisa dimulai sejak usia balita
Sejak
usia tiga tahun, anak sudah mulai mengikuti kelas persiapan untuk belajar musik
(tahap pengenalan). Pada usia ini kemampuan pendengaran anak berkembang dengan
pesat, dan pengalaman bermusik akan terekam sebagai memori menyenangkan,
kepekaan anak terhadap beragam nada dan suara pun terasah. Jadi, kemampuan
musik si kecil tertanam dengam sendirinya, ujar Lichin
Harty, Chief Instructor
Junior Music Course,Yamaha Musik Indonesia.
Fakta
#7 :
Musik,
penyaluran stres yang positif
Bermain
musik bisa menjadi sarana penyaluran stres yang positif bagi anak.”Tekanan yang
dihadapi anak kini semakin berat. Jika anak bisa bemain musik, ia mempunyai
acar melampiaskan stres yang jauh lebih baik daripada bermain video game,
misalnya, “ kata Rustika, psikolog yang juga mama tiga anak. Tak ada salahnya
pula jika Anda mengimbangi kegiatan bermusik anak dengan kegiatan lain yang
bersifat teamwork, seperti paduan suara, bemain futsal, atau olahraga kelompok
lainnya.
Fakta
#8 :
Bakat
bukan segalanya
Bakat
musik yang diturunkan ternyata hanya menentukan 20% keberhasilan anak. Sisanya?
Lingkungan
keluarga berperan. Anak yang berbakat belum tentu bisa menonjol jika musik
jarang di perdengarkan di rumah. Sebaliknya, anak yang tidak punya darah musik
di keluarga bisa saja mengembangkan naluri musik yang peka, jika orang tuanya
rajin memberi stimulasi sejak kecil. Dan ingat, 90% kunci keberhasilan bermusik
adalah latihan. “Umumnya anak hanya bertemu guru satu jam dalam seminggu. Jadi,
latihan rutin di rumah penting. Sebentar saja sekitar 15-20 menit sehari,
“jelas Lichin.
Fakta
#9 :
Musik
harus dipelajari dalam suasana menyenangkan
Belajar
dalam suasana menyenangkan akan membuka sistem limbik. Sistem limbik adalah semacam
'pintu', agar informasi dapat mencapai bagian otak yang bernama cortex cerebri, yang volumenya meliputi 80% dari otak,
adalah tempat penyimpanan daya ingat jangka panjang serta tempat berlangsungnya
proses analisa berfikir. Itu sebabnya rata-rata kelas musik untuk balita
berusaha menarik minat anak dengan aneka kegiatan seperti mendengar, bernyanyi,
dan membaca. Dengan begitu, si kecil akan makin bersemangat bermusik.
Fakta
#10 :
Partisipasi
orang tua menentukan keberhasilan
Pada
kelas musik untuk balita, biasanya orang tua diminta mendampingi sebagai partnerbelajar anak. Mengapa? Keterlibatan orang
tua sangat penting dalam kemajuan pendidikan musik anak. Bangkitkan semangat
berlatih si kecil dengan menemaninya berlatih dan memberi perhatian pada
perkembangannya. Jangan lupa, sering-sering beri pujian atas usaha dan
pencapaiannya!